MOTTO KAMI

MEMBANGUN KEBERSAMAAN YANG INDAH DENGAN SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN DAN SANTUN

Sabtu, 30 Maret 2013

Sekali Lagi Tentang Fogging




*BAHAYA DI BALIK FOGGING


Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa.
DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk.
Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular DBD dapat dilakukan dengan cara:
a)      fogging, yaitu pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa;
b)    abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk;
c)    penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3 M, yaitu menguras, menutup tampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.
.
Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa. Fogging sangat mencemari lingkungan dan akhirnya mencemari manusia, disamping itu tindakan fogging harganya mahal dan hasilnya tidak begitu signifikan, karena setiap fogging hanya focus dengan radius 100 meter dan membutuhkan 3 liter Pestisida dan 60 liter solar dan akhirnya dengan fogging masyarakat menjadi terlena dan nyamuknya menjadi resisten.
Dari Jurnal Epidemiolgy tahun 1992 juga diteliti mengenai hubungan antara paparan Malathion dengan kejadian kelainan gastrointestinal (saluran cerna), dan ternyata ditemukan bahwa wanita hamil yang terpapar malathion mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar anaknya menderita kelainan gastrointestinal. Masalah lain yang juga pernah diteliti adalah paparan terhadap malathion ini mengakibatkan Leukemia pada anak-anak, Aplastik anemia, Gagal ginjal, Defek pada bayi baru lahir, kerusakan gen dan kromosom, kerusakan paru dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Malathion juga diduga mempunyai peran terhadap 28 gangguan, mulai dari gangguan gerakan sperma hingga kejadian hiperaktif pada anak. Meskipun pihak pembuat bahan ini telah melakukan uji keamanan, kita harus semakin menyadari bahwa ada risiko-risiko yang akan kita tanggung apabila terpapar bahan tersebut.
Bahaya dari pestisida dapat menimbulkan dampak kronis, yaitu pada :
1.   Sistem syaraf, Neurotoksin: masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma;
2.        Perut; Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan;

Ikatan Dokter Indonesia (IDI)  menilai tindakan fogging atau pengasapan yang dilakukan untuk pemusnahan nyamuk yang menjadi sumber penyakit malaria dan dan demam berdarah di musim hujan saat ini sangatlah tidak efektif.
"Memang salah satu cara yang paling populer yang dilakukan adalah fogging atau pengasapan di kampung-kampung, dan sekolah-sekolah. Tapi cara ini sangat tidak efektif untuk memusnahkan atau menghilangkan tingkat risiko serangan nyamuk,
"Pasalnya dari penelitian yang dilakukan Dinkes dan IDI dari tindakan fogging yang dilakukan hanya 40 persen nyamuk saja yang mati, sementara 40 persen lainnya hanya mengalami pelemahan sementara dan 20 persen lagi justru selamat dan dapat meneruskan hidup serta perkembangkan biaknya," ujar Emil.
Dikatakannya, yang lebih mencemaskan adalah nyamuk-nyamuk yang selamat dari tindakan fogging tersebut itu adalah nyamuk-nyamuk dengan genetik yang kuat dan tahan, sehingga pada perkembangbiakan berikutnya nyamuk-nyamuk kuat ini akan menurunkan genetis nyamuk-nyamuk yang tahan terhadap fogging.
Sehingga akhirnya tindakan serupa di masa-masa berikutnya tidak akan berdampak meninggalkan efek atau dampak apa-apalagi pada keturunan mereka, karena yang tersisa adalah induk-induk terpilih.
"Selain itu, ketidakefektifan fogging juga dikarenakan tindakan ini hanya akan mengenai induk-induk atau nyamuk-nyamuk dewasa, sementara telur dan jentik-jentiknya yang tersimpan di genangan air justru akan selamat semuanya untuk selanjutnya dalam beberapa hari sudah tumbuh menjadi nyamuk dewasa pula," ujarnya.
Dia mengingatkan, tindakan pemusnahan yang dilakukan sesungguhnya paling ideal adalah memusnahkan jentik-jentik dan sarang-sarang nyamuk berupa genangan air dengan cara 3M atau menebarkan bubuk abate ke dalam tempat penampungan air keluarga.
"Dari penelitian kami, cara penebaran bubuk pemusnah bibit nyamuk digenangan air ini terbukti sangat ampuh, 100 persen jentik dan telur nyamuk yang ada di wadah air tersebut didapati jadi mati semua. Perlu diketahui satu nyamuk betina bisa bertelur 2000 butir, dengan tindakan ini kesemua telur dan jentik nyamuk itu mati semua," kata dia.

fogging banyak membawa dampak negatif seperti :
  • Banyak polutan (zat pencemar) yang dihasilkan oleh mesin fogging akibat insektisida yang disemprotkan dan pembakaran yang tidak sempurna.
  • Polutan yang mencemari makanan, air minum dan lingkungan rumah setelah pelaksanaan fogging dapat mengganggu kesehatan warga baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Fogging memerlukan biaya cukup besar (± Rp. 1.900.000 untuk fogging radius 200 meter) dan tenaga yang cukup banyak dan terlatih (tidak efisien). Sedangkan daya bunuhnya hanya 1 – 2 hari, setelah itu nyamuk akan menjadi banyak lagi dan akan mudah menularkan DBD.
  • Pelaksanaan fogging pada umumnya memberikan kepuasan semu pada warga, sehingga merasa aman dan tidak melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) lagi.
  • Kandungan mala-thion pada asap fogging dapat menyebabkan kelainan saluran cerna (gastrointestinal) dan bagi wanita hamil yang ter-papar malathion risiko kelai-nan gastrointestinal pada anaknya 2,5 kali lebih besar.
  • Paparan malation ini juga mengakibatkan Leukemia pada anak-anak, Aplastik anemia, gagal ginjal, dan defek pada bayi baru lahir. Bahkan juga berperan dalam kerusakan gen dan kromosom, kerusakan paru serta penurunan sistem kekebalan tubuh.
  • Penelitian juga menyimpulkan malation mempunyai peran terhadap 28 gangguan pada manusia, mulai dari gangguan gerakan sperma hingga kejadian hiperaktif pada anak.
Dengan dampak negatif seperti ini masihkan fogging dijadikan langkah untuk pencegahan Demam Berdarah ?

  
·         * Disampaikan pada kegiatan Ibu-ibu RT.03/ RW.1 Perumahan Kijang Kencana 2
        Pada  Tanggal 12 Januari 2013
·           Disarikan dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar